Senin, November 4, 2024
Berita

Ini Capaian Indonesia Menurunkan Angka Buta Aksara

Angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahun seiring dengan terlaksananya berbagai strategi yang inovatif dan sinergi berbagai pemangku kepentingan. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan bahwa pengentasan buta aksara berujung pada literasi yang mendorong individu untuk berpikir kritis. Menurutnya, sangat penting menjadikan literasi sebagai kompetensi esensial dalam dunia pendidikan.

“Bukan hafalan yang harus dituntut dari peserta didik, melainkan kemampuan memahami, dan mengolah informasi secara kritis,” ujarnya pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Tingkat Nasional, secara daring, Rabu (8/9).

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jumeri, mengatakan, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada jumlah penduduk buta aksara. Ia menyebut, persentase buta aksara tahun 2019 sebanyak 1,78 persen atau 3.081.136  orang, dan pada tahun 2020 turun menjadi 1,71 persen, atau menjadi 2.961.060 orang

Jumeri mengatakan, dalam upaya pengembangan literasi nasional, dapat ditempuh melalui gerakan literasi sekolah, gerakan literasi masyarakat, dan gerakan lterasi keluarga melalui pendidikan formal dan nonformal. Peningkatan literasi masyarakat diawali dari upaya penuntasan masyarakat yang buta aksara.

“Melalui layanan program pendidikan keaksaraan  diharapkan masyarakat buta aksara dapat meningkat kualitas hidupnya sebagai awal langkah untuk jenjang berikutnya. Masyarakat yang buta aksara mengikuti pendidikan keaksaraan dasar, selanjutnya keaksaraan lanjutan, dan selanjutnya ke jenjang pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA,”  harap Jumeri.

Pada puncak peringatan HAI tingkat nasional ini, Direktur UNESCO Jakarta, Mohamed Djelid, memandang bahwa harkat dan martabat manusia sangat ditentukan oleh kemampuannya berliterasi. “Perayaan HAI tahun 2021 menjadi momentum yang tepat untuk menata model pembelajaran dan literasi yang lebih baik,” ucapnya dalam sambutan yang disampaikan secara daring.

Keberhasilan pemerintah Indonesia dalam upaya penuntasan buta aksara ini tidak diraih dalam semalam. Proses yang telah dilalui diabadikan dalam berbagai penghargaan dari UNESCO, yakni King Sejong Literacy Prize tahun 2018, dan BASAbaliWiki tahun 2019 yang meraih penghargaan The Unesco Confucius Prize for Literacy. Selain itu, sejak akhir tahun 2019, pemerintah Indonesia dipilih sebagai Komite Pengarah Aliansi Global Literasi atau Global Alliance for Literacy (GAL) UNESCO, atas keberhasilan Indonesia memberantas buta aksara.

GAL merupakan perkumpulan atau aliansi 29 negara, yang terdiri dari 20 negara dengan angka melek huruf di bawah 50 persen (antara lain Afganistan dan beberapa negara di Afrika) dan E-9 Countries atau 9 negara berpenduduk terpadat di dunia dan memiliki angka melek huruf di atas 70 persen (antara lain India dan Indonesia). Dan angka melek huruf Indonesia berdasarkan Susenas BPS 2020 usia 15-59 tahun adalah 98.29 persen.

 

Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *