Mendikbudristek Tegaskan Penguatan Nilai Pelajar Berfalasafah Pancasila
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menekankan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam peningkatan kualitas pelajar yang berfalsafah Pancasila. Hal tersebut ia sampaikan dalam upacara perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diselenggarakan di lapangan Kantor Kemendikbudristek, yang berlangsung secara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, hari Minggu (2/5) lalu.
”Saya ingin anak-anak Indonesia menjadi pelajar yang menggegam teguh falsafah Pancasila, pelajar yang merdeka sepanjang hayatnya, dan pelajar yang mampu menyongsong masa depan dengan percaya diri. Karenanya, kementerian ini secara konsisten terus melakukan transformasi pendidikan melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar,” tutur Nadiem.
Mendikburistek juga menjelaskan bahwa terdapat empat upaya perbaikan yang terus dikerjakan Kemendikbudristek bersama dengan berbagai elemen masyarakat. Pertama adalah perbaikan pada infrastruktur dan teknologi. Kedua; perbaikan kebijakan, prosedur, pendanaan, serta pemberian otonomi yang lebih bagi satuan pendidikan. Ketiga; perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya. Serta keempat; perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
Pada kesempatan ini, Nadiem menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak, terkait dengan terobosan-terobosan Merdeka Belajar yang ia nilai telah menyasar kepada seluruh elemen masyarakat. Mulai dari pendidik dan pelajar dari PAUD sampai pendidikan tinggi, orang tua, para wakil rakyat, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan, hingga dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
“Transformasi yang bermakna ini dilakukan dengan tujuan mengubah segala sesuatu yang membuat bangsa ini berjalan di tempat berubah menjadi lompatan-lompatan kemajuan,” ujarnya.
Dikatakan Medikbudristek, masa pandemi merupakan ladang optimis yang menunggu untuk dipanen. “Krisis merupakan kesempatan kita untuk menuai kemajuan, dan kita perlu memahami bahwa pandemi bukan hanya satu-satunya tantangan yang tengah kita hadapi,” pungkas Nadiem.
Salah satu peserta upacara yang hadir secara luring yaitu Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Danang Hidayatullah. Ia menyampaikan bahwa di masa sekarang ini, generasi bangsa membutuhkan tiga kemampuan, yaitu adaptasi, inovasi, dan budaya. “Merdeka Belajar mencakup tiga hal ini yang di dalamnya mengusung kemerdekaan berfikir, berkreasi, dan berinovasi, sesuai dengan tuntutan perubahan,” tutur Danang.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa beberapa program IGI yang dicanangkan dan telah berjalan mendapat tanggapan positif oleh para tenaga pendidik. Oleh karena itu, pihaknya bertekad untuk terus memotivasi, menginspirasi, dan akan menjadi role model untuk para pendidik. Sehingga mereka benar-benar dapat melaksanakan kemerdekaan belajar secara penuh.
“Pertama, guru itu bukan sekedar mengajar, dia juga mendidik. Yang namanya kemerdekaan berpikir itu bukan hanya di ruang kelas, tapi juga di keseharian. Nah, ini tuntutan guru sebagai seorang pendidik sangat berat. Jadi, kita semua turun tangan (merealisasikan prinsip Merdeka Belajar),” jelasnya.
Ketua Umum IGI periode 2021-2026 ini menilai bahwa program-program Kemendikbudristek sejauh ini sangat sistematis dan produktif. Ia mengatakan, para guru antusias menyambut berbagai inisiasi yang dilakukan kementerian. Mulai dari guru penggerak, sekolah penggerak, hingga organisasi penggerak.
Namun demikian, untuk mengakselerasi pendidikan yang inklusif, ia meminta pemerintah untuk gencar meningkatkan fasilitas pendidikan di daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T). “Memang mereka banyak keterbatasan baik dari segi fasilitas internet, kuota. Harapannya ini bisa di support lagi oleh Kemendikbudristek. Selain itu, semoga program Guru Penggerak ini benar-benar bisa menyentuh teman-teman yang ada di daerah 3T, daerah yang katakanlah di luar dari daerah perkotaan,” ucapnya seraya mengutip motto IGI yaitu sharing and growing together.
“Hari ini hari pendidikan nasional juga motto-nya sama, bergerak serentak, niatnya teman-teman semua IGI di seluruh Indonesia mari kita bergerak menggerakkan untuk perubahan untuk Indonesia. Building and serving our nation. Bagaimana kita bisa membangun dan melayani bangsa kita dengan baik,” seru Danang.
Hal senada disampaikan Kepala Sekolah SMA 18, Tuti Sukarni yang menerapkan konsep Merdeka Belajar sejalan dengan aturan yang disusun Kemendikbudristek dan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. “Hal ini dapat terwujud berkat kerja sama dinas pendidikan guru, siswa dan orang tua yang bersinergi mendukung pembelajaran agar berjalan lancar di masa pandemi,” urainya.
“Untuk rekan-rekan guru sejawat, jangan pernah bosan untuk senantiasa menggali berbagai ilmu-ilmu baru pendekatan-pendekatan baru, untuk bagaimana bisa menyukseskan pembelajaran jarak jauh. Banyak tentunya teknik-teknik yang bisa diterapkan dengan kemajuan teknologi, hadapi ini, kekinian saat ini dan terus belajar,” imbau Tuti yang juga menjabat sebagai Pelaksana tugas (Plt.) Kepala SMA 80 Jakarta Utara dan Ketua Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS).
Tak ketinggalan, Raden Widyatama, siswa Anggota Orkestra SMKN 2 Bantul Jogjakarta yang hadir sebagai pengisi acara turut menyampaikan makna Hardiknas bagi pegiat seni seperti dirinya. Di tengah pandemi Covid-19 yang juga berpengaruh pada dunia kesenian, ia berharap pemerintah dapat memberikan “panggung” kreasi agar para pegiat seni budaya dapat terus berkarya.
“Saya merasa seharusnya para musisi diberi porsi untuk tampil lebih, karena para musisi bisa hidup kalau musik seperti ini. Jadi, itu mungkin yang perlu diperhatikan lagi,” harap Raden Widyatama yang mengaku bangga berkesempatan tampil secara langsung di hadapan Mendikburistek pada puncak perayaan Hardiknas.
“Buat para musisi, tetap semangat bermusik dalam kondisi pandemi ini pokoknya tetap semangat dan pantang menyerah,” tutupnya.