Kamis, November 21, 2024
Berita

SEAMEO QITEP in Science Dukung Kompetensi Guru di Bidang Computational Thinking

Sebagai salah satu dari 26 pusat regional, Southeast Asian Minister Education Organization Quality Improvement of Teachers and Education Personel (SEAMEO QITEP) in Science (SEAQIS) menyelenggarakan pelatihan integrasi computational thinking dalam pembelajaran sains bagi guru mata pelajaran IPA pada tanggal 15 s.d. 20 Maret 2021, di Yello Hotel, Bandung.

Kegiatan ini diselenggarakan karena mengingat pentingnya kemampuan computational thinking (CT) bagi guru dan perubahan pada kerangka PISA. Di mana, PISA akan mengevaluasi kemampuan CT siswa-siswa dari negara pesertanya dalam bentuk sub-pengukuran bidang matematika.

Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hendarman dalam sambutannya, sangat mendukung penyelenggaraan kegiatan ini. “Karena sesuai dengan visi pendidikan nasional yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila,” ujarnya pada Sabtu, (19/3).

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 60 guru IPA yang dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu Biologi, Fisika, dan Kimia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan konsep computational thinking secara utuh, bagaimana integrasinya dalam pembelajaran IPA, serta bagaimana melakukan penilaian pembelajaran yang terintegrasi CT untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki keterampilan abad 21.

Hendarman juga menekankan kegiatan ini adalah bagian dari layanan yang diberikan SEAQIS sebagai dukungan terhadap program Merdeka Belajar. Ia menilai bahwa sudah semestinya seluruh pemangku kepentingan turut mendukung. “Para peserta yang hadir ini bisa disebut sebagai guru penggerak. Oleh karena itu, Bapak/Ibu hadir di kegiatan ini harus bisa menyerap semua ilmu yang diberikan oleh semua fasilitator,” tutur Hendarman.

Selama kegiatan berlangsung, peserta dibekali berbagai materi pelatihan, di antaranya keterampilan berpikir, literasi dan numerasi pada pembelajaran sains, integrasi CT dalam pembelajaran sains, taksonomi CT-STEM, penilaian dalam pembelajaran sains terintegrasi CT, dan kajian unit integrasi CT pada pembelajaran sains. Pelatihan ini merupakan awal dari rangkaian kegiatan program peningkatan kompetensi guru yang dilakukan dengan pola In1-On1-In2-On2-In3.

Tahap pertama, para guru terpilih akan mengikuti pelatihan in-service selama 60 Jam. Sekembalinya ke tempat tugas, mereka harus mengimplementasikan materi yang didapatkan di kelas (on-job-learning 1). Kemudian, melaporkan hasil implementasinya pada pelatihan in-service 2 dan mendapatkan masukan dan perbaikan dari para pendamping secara online.

Pada on-job-learning 2 para peserta diminta untuk mendiseminasikan kepada guru sekitarnya untuk sama-sama mengadaptasi dan mengimplementasikan dalam pembelajaran di kelas.  Terakhir, pada pelatihan in-service 3 para peserta didampingi fasilitator akan kembali mendiseminasikan pembelajaran kepada guru-guru di wilayahnya.

Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari para peserta. Salah satunya, Neti Kusmiati, guru Biologi dari SMAN 2 Sukabumi. Ia mengatakan bahwa dirinya sangat senang mengikuti pelatihan ini. “Kegiatan ini luar biasa, memberi ilmu baru untuk saya serta memberikan motivasi dan semangat untuk mengimplementasikan di sekolah” ungkap Neti. Ke depannya, Neti berharap para siswa semakin terbiasa dengan alur berpikir CT sehingga hasil capaian belajar mereka terus meningkat.

Senada dengan Neti, Guru Fisika dari SMA Plus PGRI Cibinong, Imanudin Hidayat juga merasa mendapatkan pengetahuan yang baru dari kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi dirinya. “Untuk meningkatkan capaian siswa, maka guru perlu diberikan peningkatan kompetensi. Apa yang dilakukan oleh SEAQIS sudah sangat tepat. Kami dilatih tidak hanya diberikan materi tetapi diberikan cara menjalankan teori yang diberikan,” kata Imanudin.

Kegiatan pelatihan ini ditutup oleh Deputi Program SEAQIS, Reza Setiawan. Tahap selanjutnya, para peserta akan mendiseminasikan pengetahuan yang mereka peroleh di komunitasnya masing-masing.

 

sumber : kemdikbud.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *